Sabtu, 22 Februari 2020

Logo SangPengajar di Kover Buku Peserta Workshop, Apa yang Salah?

Jam sudah menunjukkan pukul 21.43 WIB. Artinya, dalam hitungan menit saya harus sudah istirahat. Biasanya saya menutup laptop untuk istirahat jam 22.00 WIB. Namun, ada yang mendorong saya untuk menulis sebelum tidur. Dorongan itu berasal dari "temuan" saya malam ini. 


Ada pertanyaan yang masuk ke Whatsapp saya malam ini. Pertanyaan yang sebelumnya tidak saya duga. Iya, benar. Saya tidak mengira itu akan dipertanyakan. Penasaran? He he, simak ceritanya!

SangPengajar selama ini bekerja sama dengan Penerbit Beta Aksara. Saya selaku owner SangPengajar bersama owner Beta Aksara sudah memiliki kesepakatan-kesepakatan. Salah satunya adalah penambahan logo SangPengajar di kover buku para peserta workshop penulisan buku.

Nah, singkat cerita, setelah berjalan hampir dua tahun kerja sama, baru kali ini saya mendengar pertanyaan (baca: komplain) mengenai logo SangPengajar di kover buku peserta worshop. Entah siapa pertama kali yang mempertanyakan, yang jelas sampai di WA saya bukan dari peserta workshop. Nah, sampai sini paham (baca: lucu) kan?

Saya menulis kali ini bukan karena lebay menanggapi kegelisahan tersebut. Justru sebaliknya, saya merasa harus memberi pencerahan tentang ini. Harapannya tentu saja semua bisa memahami dengan baik.

Pemirsa - dengan gaya host acara di TV - penambahan logo di kover buku itu sesuatu yang lazim. Itu sudah marak terjadi. Tengoklah pelatihan penulisan buku yang digelar salah satu organisasi profesi guru. Di sana malah ada tambahan dua logo, yaitu logo organisasi dan logo gerakan penulisan buku yang diusung. Tengok juga buku-buku karya komunitas penulis. Lazimnya ditambahkan logo komunitasnya juga.

Lantas, apa yang salah dengan penambahan logo SangPengajar? Para peserta workshop dan pelatihan penulisan buku SangPengajar tentu paham. Semua karya yang dihasilkan tidak begitu saja muncul. Semua lahir dari "rahim" workshop  dan pelatihan SangPengajar. Prosesnya pun demikian. Mulai dari pembuatan kover, layout, editing, hingga cetak, semua tidak lepas dari "campur tangan" SangPengajar. Sekali lagi, lantas apa yang salah?


Yuk, fokus ke isi buku. Ayo lebih memperhatikan kualitas tulisan kita, daripada ribut sesuatu yang tak ada gunanya. Yakinlah, buku yang kita tulis akan memberi manfaat besar bagi sesama.

Salam literasi!

Posting Komentar